Selasa, 12 Juli 2011

TIA SKRIPSI SPeed

ANALISIS KALIMAT EMOSIONAL MARAH DI                      KANAGARIAN MUARO PAITI KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA



SKRIPSI


ALSUMAINITIA
0710014111005



JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2011


BAB I
PENDAHULUAN

     1.1 Latar Belakang Masalah
             Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat karena dengan bahasa seseorang dapat mengetahui apa maksud yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tuturnya. Bahasa juga membuat masyarakat dapat saling berinteraksi satu sama lain membangun kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berupa kata pasti mempunyai makna atau arti karena bahasa meliputi dua bidang, yaitu bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan makana atau arti yang tersirat dalam ujaran yang dituturkan tersebut. Jadi bahasa dan makna  merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.  
          Chaer (1995:29) menyatakan bahwa makna dalah arti. Selain itu Chaer (1995:59) juga mengatakan bahwa berdasarkan jenis semantik, makna dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai degan referennya atau kalimat aslinya, bisa juga berarti makna yang sesungguhnya terjadi dalam kehidupan kita. Makna gramatikal mengandug pengertian makna yang ditimbulkan, bisa berdasarkan situasi atau bisa berada pada kontek kalimat. Menurut Keraf (1990:16) makna adalah isi yang terkandung dalam kata yang dapat menimbulkan reaksi tertentu.
          Interaksi sosial dapat terjalin dengan baik dalam suatu masyarakat adalah dengan bahasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1980:1) bahwa bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dengan bahasa seseorang dapat saling bertukar pikiran dengan lawan bicaranya, dengan bahasa orang dapat mengungkapkan apa yang sedang ada di pikiran yang sedang dirasakannya termasuk pikiran dan perasaannya itu diungkapkan dalam bentuk kalimat. Kalimat-kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan tersebut dinamakan kalimat emosional. Kalimat emosional ini banyak berpengaruh terhadap fungsi-fungsi psikis, seperti pengamatan, tanggapan, pemikiran, maupun kehendak.         
              Ungkapan kalimat emosional tersebut akan terlihat dari kalimat-kalimat yang  digunakan, ataupun dari gerakan-gerakan yang dilakukan, yang disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara keinginan dan kenyataan, dan juga disebabkan oleh rasa tidak suka atau benci terhadap sesuatu. Menurut Goleman (1995:62) emosi tersebut secara keseluruhan terbagi beberapa macam, yakni  perasaan marah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu.
 Selain itu, emosi tidak memakai pikiran rasional karena emosi hanya mengandalkan perasaan  dan tidak mempertimbangkan logika. Emosional selalu diungkapkan dengan berbagai jenis kalimat. Kalimat emosional ini pun tidak pernah luput dari manusia karena setiap manusia pasti mempunyai emosi.
Berdasarkan pengertian emosional tersebut, penulis berpendapat bahwa emosional merupakan luapan perasaan emosional (seperti kemarahan, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu) seseorang yang terjadi bila dipengaruhi oleh suasana tertentu, selain itu, ucapan juga mengandung makna yaitu perasaan emosi dan maksud.


Sehubungan dengan kalimat emosional yang terdiri dari atas beberapa macam tersebut, penulis akan membahas kalimat emosional marah yang terdapat di Kanagarian Muaro Paiti Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota. Di Kanagarian ini penggunaan kalimat emosional marah itu bervariasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan data berikut:
(1) Pai la nyo den.....! lun yi ang pai lek e ghe.....den  patang palo ang rok   
o.....tengok lak a biang......
‘Pergi kata saya....kalau belum juga kamu pergi....akan saya patahkan 
kepalamu.....lihat saja kamu.....’.
(2)  Ndo yi ngaghik la rok o.....pokak ang?, ngo bontuak ang luk u.....kaboji
taik yi ti ang nyi kiang.....
  ‘Belum juga kamu pergi.....apakah kamu tuli? coba lihat wajah      
kamu.....sangat menjijikkan’.


Pada data (1) dan (2) terlihat kalimat emosional marah yang diucapkan oleh penutur bervariasi. Pada data (1) terlihat kalimat emosional marah yang dituturkan seseorang saat mengamuk  ditandai dengan frasa patang palo (patahkan kepala). Sementara itu, pada data (2) merupakan kalimat emosional yang dituturkan untuk mengungkapkan marah karena benci yang disebabkan oleh prilaku mitra tutur yang ditandai dengan frasa kaboji taik (menjijikkan).
           Berdasarkan ungkapan emosional yang unik atau berbeda dengan daerah lain, penulis tertarik untuk meneliti kalimat emosional dalam bahasa Minangkabau yang digunakan di Kanagarian Muaro Paiti Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota. Di samping itu, berdasarkan pengetahuan penulis, penelitian tentang kalimat emosional di daerah ini belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.


1.2  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah pada kalimat emosional marah terbagi atas beberapa macam, yaitu kalimat emosi marah brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan kebencian patalogis.

1.3  Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, penulis membatasi masalah penelitian kalimat emosional pada  kalimat emosional marah. Jenis kalimat emosional marah ini dikaji dari segi makna.

1.4  Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah jenis kalimat emosional marah di Kanagarian Muaro Paiti Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota?

1.5  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis kalimat emosional marah yang ada di Kanagarian Muaro Paiti Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota.





1.6   Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak khususnya:
a.       bagi perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai salah satu acuan untuk memahami lebih dalam mengenai kalimat emosional.
b.      bagi pembaca yaitu untuk menambah pengetahuan atau wawasan tentang kalimat emosional.
c.       peneliti lain yaitu sebagai salah satu acuan dalam memahami dan melakukan penelitian lebih lanjut dari aspek yang berbeda.

















BAB II
KERANGKA TEORETIS

Dalam bab II ini penulis menjelaskan tinjauan pustaka dan teori yang penulis gunakan dalam penelitian.

2.1 Tinjauan Pustaka
          Penelitian tentang kalimat emosional sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Roza, 2004, mahasiswa Sastra Indonesia Bung Hatta. Roza membahas kalimat emosional yang ada dalam novel “Salah Pilih” karya Nur Sutan Iskandar. Roza meneliti kalimat emosional yang terdapat dalam novel yang dianalisis tersebut dalam tiga jenis  yaitu  kalimat emosional marah, sedih, dan gembira. Roza menemukan kalimat marah itu ada 5 macam yaitu (1) kalimat emosional marah yang diucapkan langsung pada orang yang bersangkutan, (2) kalimat emosional marah yang diucapkan secara sindiran, (3) kalimat emosional marah yang diucapkan secara tidak langsung pada orang yang bersangkutan, (4) kalimat emosional yang diucapkan untuk diri sendiri, (5)  kalimat emosional marah yang diucapkan untuk mencemooh atau menghina orang lain.
         Kemudian, emosional sedih yang ditemukan oleh Roza dalam novel “Salah Pilih” Karya Nur Sutan Iskandar berupa penjelasan yang dialami tokoh dalam novel tersebut. Selanjutnya kalimat emosional gembira menurut Roza dalam novel “Salah Pilh” karya Nur Sutan Iskandar berupa kalimat emosional gembira yang diucapkan langsung pada lawan tutur.

          Akan tetapi, penelitian yang penulis lakukan ini jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulia Roza tersebut yaitu  Roza meneliti kalimat emosional yang hanya  terdapat di dalam novel yang ia teliti, sedangkan penelitian penulis secara khusus meneliti kalimat emosional marah yang digunakan oleh masyarakat yang  penulis teliti  lengkap dengan pembagianya, jadi mulai dari teori yang digunakan, data yang penulis temukan yaitu berupa data lisan, sedangkan data Yulia Roza merupakan data tertulis, cara menganalisis dan data yang ditemukan itu pun sangat berbeda. Penelitian Roza tentang novel sedangkan penelitian penulis merupakan masyarakat asli yang tinggal di Kanagarian Muaro Paiti Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota.

2.2 Kajian Teori
          Dalam bagian ini, akan diuraikan kajian teoretis. Menurut Poerbakawatja (1982: 62) emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.
          Menurut Djajasudarma (2009:5) kalimat emosi ini memiliki makna perasaan yang berhubungan dengan sikap pembicara dengan situasi pembicaraan. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu behubungan dengan perasaan dan terkadang apa yang kita rasakan tanpa disadari langsung keluar dari mulut penutur yang diungkapkan dengan kalimat yang melibatkan makna aspek perasaan. Penggunaan kalimat marah itu pun tidak boleh ke sembarang orang, karena bisa memancing emosi marah dari lawan tutur. Selain itu, menurut Goleman (1995:62) emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak.

           Untuk mendeskripsikan jenis kalimat emosional marah yang ada di Kanagarian Muaro Paiti Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota ini, penulis menggunakan teori Goleman (1995:62). Goleman mengelompokkan jenis kalimat akan emosional marah ke dalam 11 kelompok seperti yang terlihat berikut ini:
1.                Brutal
      Brutal adalah dengan mengeluarkan kalimat marah terhadap lawan tutur yang ditandai dengan menyebut nama-nama binatang kepada lawan tutur.
(1)   Dasar monyet, tidak penah mau mengalah, selalu ingin menang sendiri....! (Goleman, 1995:62).
2.      Mengamuk
Mengamuk adalah kalimat dengan secara langsung menyerang lawan bicara tanpa memikirkan situasi, ditandai dengan ancaman-ancaman yang dilontarkan leh penutur kepada lawan tutur.
(2)   Pergi dari rumahku, kalau tidak akan ku lempar kepalamu dengan batu ini...!(Goleman, 1995:62)
3.      Benci
Benci adalah perasaan sangat tidak suka kepeda orang yang dituju, ditandai dengan kalimat menyombongkan diri dan merendahkan lawan tutur yang dimaksud.
(3)    Iiiiiichhh.......bikin malu saja kamu.belum tau siapa aku ..! (Goleman,1995:62).



4.      Marah besar
Marah besar adalah  perasaan tidak senang yang sangat memuncak yang diakibatkan karena panutur merasa terhina, ditandai dengan kalimat yang membawa-bawa orang tua dalam tuturan.
(4)   Kepala Bapakmu, dasar anak kurang ajar kau...!
( Goleman,1995:62).
5.      Jengkel
Jengkel adalah perasaan mendongkol karena lawan tutur tidak mengindahkan ucapan  penutur, ditandai dengan kalimat perintah.
(5)   Lepaskan tanganku, sakiiit....!(Goleman, 1995:26).
6.      Kesal hati
Kesal hati adalah perasaan kecewa dan jemu dengan sesuatu yang telah menyakitkan hati yang ditandai dengan kalimat pasrah.
(6)   Terserah kamu mau bilang apa, tapi inilah aku. Aku tetap pada prinsipku titik..! (Goleman, 1995:26).
7.      Rasa pahit
Rasa pahit adalah suatu rasa yang membuat hati luka dan iba bercampur amarah yang ditandai dengan kalimat merendah.
(7)   Aku memang orang awam yang tidak tahu apa-apa, tapi aku masih punya harga diri, tidak seperti kamu..!(Goleman, 1995:62).
8.      Berang
Berang adalah perasaan tidak terima dengan keadaan yang dihadapi. ditandai dengan kalimat yang menyatakan  ketidakpercayan penutur terhadap hal tersebut.
(8)   Tidak mungkin, pasti aku yang mendapat juara satu, karna aku adalah anak yang paling hebat di lokal ini, dan tidak ada yang bisa menandingiku...!(Goleman 1995:62).
9.      Tersinggung 
Tersinggung adalah perasaan yang membuat hati gundah, tidak tenang  yang terjadi karena penutur menganggap lawan tutur sudah menyindir dan mengungkit-ungkit kehidupan pribadinya, ditandai dengan kalimat yang tentang kekurangan lawan tutur yang dimaksud.
(9)   Dasar tolol, pekerjaan cuma jadi tukang sapu, tapi gayanya seperti anak pejabat...!(Goleman, 1995:62).
10.  Bermusuhan
Bermusuhan adalah perasaan saling belawanan terhadap lawan tutur, kemudian kalimat yang dituturkan selalu membantah lawan tutur yang ditandai dengan kalimat menantang lawan tutur tersebut.
(10)     Kamu mau lawan aku dimana? Aku tunggu ntar siang di            kampus.ok...! (Goleman, 1995:62).
11.  Kebencian Patalogis
Kebencian patalogis adalah berkeinginan keras untuk membalas. Adanya dendam yang terpendam sejak lama, ditandai dengan kalimat  ingin membalas kelakuan lawan tutur dulu terhadap penutur.
(11)     Liat aja ntar, dia pasti ngrasain apa yang aku rasain dulu..!(Goleman, 1995:62).



Teori yang digunakan untuk mendeskripsikan makna konotatif yaitu teori yang dikemukakan oleh Keraf  (1980:143). Makna konotatif terdiri atas dua macam yaitu:
1.Konotasi positif terbagi dua macam yaitu:
         a. Konotasi tinggi adalah kata-kata yang pada umumnya menimbulkan anggapan yang segan dan lebih anggun atau indah terdengar oleh telinga umum.
         b. Konotasi ramah adalah kata-kata yang bisa dipakai dalam pergaulan, sehingga merasa lebih akrab, dapat saling merasakan satu sama lain, tidak ada kecanggungan satu sama lain.
2.Konotasi negatif terbagi dua macam yaitu:
         a. Konotasi tidak enak
Sejumlah kata karena biasanya dipakai dalam hubungan yang kurang baik, maka tidak enak didengar atau berupa sindiran yang disebut juga sinisme.
        b. Konotasi kasar
Kata-kata yang digunakan seseorang terdengar kasar. Biasanya kata-kata seperti itu berasal dari suatu dialek atau masyarakat awam dan rasa emosional yang dilontarkan seseorang atau sarkasme.
   c.Konotasi keras
Kata-kata atau ungkapan yang melebih-lebihkan suatu keadaan. Ditinjau dari segi arti maka itu dapat disebut sebagai hiperbola.
         



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

     3.1  Metodologi Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sudaryanto (1993:62) metode deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan semata-mata berdasarkan fakta kebahasaan yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya. Tujuan metode deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran atau lukisan yang secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antar sesama fenomena yang diselidiki. Jadi, metode deskriptif adalah penelitian yang memaparkan, menganalisis, dan mengklasifikasikan data yang telah diperoleh, dan pendeskripsian ini berupa penggambaran bahasa sebagaimana adanya.

3.2  Sumber Data
         Sumber data yang penulis gunakan untuk penelitian ini adalah sumber data lisan yang dituturkan langsung oleh informan sebagai penutur aslinya. Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini penulis mengambil informan berjumlah 8 orang yang berusia 20 sampai 40 tahun. Alasannya adalah penggunaan kalimat emosional ini lebih menonjol digunakan pada usia tersebut. 

3.3  Metode dan Teknik Pengumpulan Data
         Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode cakap dan metode simak. Metode cakap adalah data yang diperoleh dengan melakukan percakapan antara peneliti dengan penutur. Kemudian, teknik dasar yang digunakan adalah teknik pancing yaitu dengan memancing seseorang agar berbicara dengan bahasa yang akan diteliti.
        Kemudian, teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik rekam dan teknik catat Sudaryanto (1988:49). Menurut Sudaryanto (1993:134) metode simak merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalui proses penyimakan terhadap penggunaan bahasa yang diteliti. Penulis menggunakan teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Teknik bebas libat cakap (SBLC) ini dilakukan dengan menyadap tanpa perlu berpartisipasi berbicara. Kemudian, teknik rekam adalah teknik yang digunakan ketika melakukan percakapan, dilakukan pula perekaman dengan menggunakan telepon genggam.
          Pelaksanaan perekaman harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kewajaran proses percakapan yang terjadi (Sudaryanto, 1988:49). Selanjutnya teknik catat adalah teknik yang dilakukan sesudah teknik rekam. Pencatatan dilakukan pada kertas yang mampu memuat semua data yang dibutuhkan, memudahkan pembacaan dan menjamin keawetan data.

Format Tabel
Pengumpulan Data


                                                                   Jenis dan makna
No
Tuturan
marah
marah
marah
marah
marah
marah
marah
marah
marah
marah
marah


brutal
menggamuk
benci
besar
jengkel
kesal hati
rasa pahit
berang
tersing-gung
bermu-suhan
kebencian patalogis

















































































3.4  Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data, penulis menggunakan metode agih. Metode agih adalah metode analisis data yang berupa penghubung antar fenomena dalam bahasa itu sendiri Sudaryanto (1993:15). Kemudian untuk menganalisis jenis kalimat emosional yang digunakan adalah teknik baca markah, dan untuk menganalisis makna kalimat emosional digunakan teknik lesap. Untuk lebih jelas perhatikan data berikut:
(3) Maghi la luk u.....lai kadi den kotong ka kau nyo ghang.!
‘Ke sini lah kamu.....ada yang mau saya bicarakan’.
(4) Paja bowuak ko e.....tok ontok yi nyi....bakobagh la tek muncuang ang ro.
                        ‘Dasar anak monyet.....bisanya cuma diam saja....tolong mulutmu itu
    berbicara’.
Pemarkah pada data (3) adalah frasa maghi la luk u, apabila frasa tersebut dilesapkan maka maknanya tidak berubah. Kalimatnya menjadi ‘lai kadi den kotong ka kau nyo ghang’ tetapi tingkat kemarahannya tersebut agak berkurang. Begitu juga pada data (4) apabila frasa paja bowuok koe’  dilesapkan maka menjadi ‘tok ontok yi nyi….. bakobagh la tek muncuang ang ro’. Maknanya juga tidak berubah tetapi tingkat kemarahannya juga agak berkurang.






BAB IV
   JENIS DAN MAKNA KALIMAT EMOSIONAL MARAH DI KANAGARIAN MUARO PAITI KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA.

      Dalam bab ini penulis akan menguraikan jenis-jenis kalimat emosional dan makna dari kalimat emosional yang dituturkan oleh masyarakat yang ada di Kanagarian Muaro Paiti Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota.

     4.1 Jenis Kalimat Emosional Marah
Jenis-jenis kalimat emosional marah tersebut yaitu: (1) kalimat emosional marah brutal, (2) kalimat emosional marah mengamuk, (3) kalimat emosional marah benci, (4) kalimat emosional marah besar, (5) kalimat emosional marah jengkel, (6) kalimat emosional marah kesal hati, (7) kalimat emosional rasa pahit, (8) kalimat emosional marah berang, (9) kalimat emosional marah tersinggung, (10) kalimat emosional marah bermusuhan, (11) kalimat emosional marah kebencian patalogis.

      4.1.1 Kalimat Emosional Marah Brutal
                 Kalimat emosional dengan mengeluarkan kalimat marah terhadap orang yang dimarahi. ditandai dengan menyebut nama-nama binatang kepada lawan tutur, dapat dilihat pada data di bawah ini:
(1)   Woi kambiang, la koghiang aiagh ro’o!
     Woi kambiang, la kariang aia yo tu!
           ‘Hei kambing, sudah kering airnya tu’!



(2)    Paja anjiang ko, agiang liak nyo den!
 Paja anjiang ko, agiahan baliak kecek den!
‘Anak anjing ini, berikan kembali kata saya’!
(3)   Tamahabu la kau ka ken ulagh..!
 Pai lah kau ka situ ula...!
‘Pergi lah kamu ke sana ular...’!
(4)   Bongak paja’a, cindo cik aciang kek ughang banyak ro!
Bodoh anak ko, mode caciang dakek urang banyak tu!
           ‘Bodoh anak ini, seperti cacing dekat orang banyak’!
                Kalimat emosional marah brutal yang terdapat pada data (1-4) diucapakan penutur pada lawan tuturnya.Pada data (1) kalimat marah brutal woi kambiang la koghiang aiagh ro’o! kalimat ini digunakan oleh ayah yang marah ketika ayah melarang anaknya untuk tidak mengeluarkan air yang ada di dalam kolam yang baru selesai dibuat oleh ayah tersebut. Tetapi anaknya secara diam-diam masih juga menimba air tersebut ke luar kolam. Kalimat tersebut digolongkan ke dalam kalimat emosional marah brutal karena ditandai dengan kata kambiang (kambing). Kalimat emosional marah brutal pada (2)  paja anjiang ko, agiang liak nyo den! kalimat seperti ini di ucapkan oleh penutur kapada lawan tutur yang sebaya dengannya. Tuturan ini terjadi apabila panutur meminta suatu benda kapada lawan tutur, lalu lawan tutur tidak mau memberikan benda yang diminta oleh penutur tersebut. Kaliamt marah tersebut dinamakan kaliamt marah brutal ditandai dengan kata anjiang (anjing). jika hal seperti itu terjadi, maka ucapan seperti ini tidak pernah luput dari mulut penutur.
                Kalimat emosional pada data (3) tamahabu la kau ka ken ulagh! adalah kalimat emosional marah brutal yang ditandai dengan kata ulagh yang berarti manusia yang diibaratkat dengan ular yang timbul karena emosi dari penutur malihat kelakuan dari lawan tuturnya sampai-sampai penutur megibaratkan lawan tuturnya seperti binatang yaitu ulagh (ular). Biasanya kalimat seperti ini dituturkan penutur apabila lawan tutur memiliki sifat rakus dan pemalas, suka makan dan banyak tidur serta malas dalam  bekerja, maka tuturan ini selalu keluar dari mulut penutur.
            Sementara itu, pada data (4) bongak paja’a, cindo cik aciangnyo kek ughang banyak ro! merupakan kalimat emosional marah brutal yang ditandai dengan kata cik aciang (cacing). Kalimat ini diucapkan oleh seorang ibu yang marah melihat tingkah laku anaknya yang tidak mau di atur ketika berada di tengah orang banyak atau tamu yang datang ke rumah penutur, jadi dengan kejadian tersebut penutur merasa malu dengan tingkah anaknya yang tidak bisa dikontrol saat menjamu tamu yang datang ke rumah mereka, maka penutur akan mengeluarkan ucapan tersebut kepada anaknya.

      4.1.2 Kalimat Emosional Marah Mengamuk
             Kalimat marah mengamuk yang dituturkan oleh penutur kepada lawan tutur dapat dilihat pada data berikut:
(5)    
             













Read More..